Sabtu, 25 April 2020

#CovidBukanAib

Annyeong chingudeul~

 

Virus Corona sudah menyebar dimana-mana. 213 negara di dunia terjangkit virus ini. Di Indonesia sendiri sudah lebih dari 7000 orang terjangkit virus corona. Dan kemaren, 24 April 2020, Wali Kota Payakumbuh, mengumumkan pasien positif Corona pertama di Payakumbuh. Payakumbuh, kota kecil tempat gue beraktifitas. Ternyata Corona sudah mulai melebarkan terjangannya ke daerah kecil gue.

 

Haruskah kita panik?

 

Kebanyakan orang-orang hanya panik dengan virus ini tanpa melakukan anjuran-anjuran yang telah disuarakan oleh pemerintah ataupun gugus tugas penanganan Covid-19 ini. Contohnya, melakukan cuci tangan yang tidak sesuai prosedur cuci tangan seharusnya, alasannya, cuci tangan minimal 20 detik, terlalu lama atau masih banyaknya orang- orang keluar rumah tanpa ada urusan yang penting.

 

Yang dilakukan orang-orang sewaktu mengetahui telah ada pasien positif Corona di Payakumbuh adalah sibuk menyebarkan informasi ini tanpa tau informasi yang benar atau sekedar hoax. Mereka juga menyebarkan foto dan identitas lengkap orang yang terjangkit tersebut. Mungkin maksud mereka adalah untuk “waspada” jikalau pernah berinteraksi dengan orang tersebut.

 

Dengan penyebaran informasi seperti itu, pernah gak “para penyebar” informasi mempertimbangkan perasaan mereka yang terjangkit. Seakan-akan mereka adalah DPO yang harus dijauhi dan di takuti.

 

Reaksi-reaksi yang dilakukan masyarakat terkesan seakan-akan positif Corona adalah suatu aib yang harus di hujat dan harus disembunyikan serta ditakuti. Padahal, dengan reaksi masyarakat yang seperti itu, bisa menyebabkan ketakutan yang lebih dimasyarakat. Masyarakat takut untuk demam, batuk, bersin dan memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit. Mereka malu dengan reaksi reaksi itu, yang seakan-akan, terinfeksi Corona merupakan suatu penyakit yang hina, justru hal itu bisa memperparah penyebaran Corona itu sendiri.

 

Jika masyarakat yang demam atau menunjukkan gejala Corona dan  mereka menyembunyikan gejala tersebut dan tidak memeriksakan kesehatannya, jika “ternyata” mereka positif terjangkit Corona, dan mereka masih tetap berinteraksi dengan orang-orang sekitar, bisa menyebabkan penularan kepada orang lain tersebut.

 

Menurut gue, jika ada orang yang menunjukkan gejala Corona, segera ajak untuk memeriksakan kesehatan atau memberitahu petugas medis yang menangani masalah ini. Jangan pandang sebelah mata atau seakan-akan jijik melihat mereka yang bergejala seperti Corona.  Berikan advice-advice dan harapan yang positif. Tidak ada salahnya jika kita berpikiran positif, walaupun kita tidak pernah tau bagaimana reaksi tubuh terhadap situasi ini.

 

Pola pikir yang berkembang dimasyarakat adalah “jika terjangkit virus Corona, dan jika sudah diisolasi berarti itu adalah hari terakhir kita akan bertemu dengan orang tersebut”. Padahal, pertanggal 24 April 2020, lebih dari 1000 orang telah sembuh dari serangan virus ini. Artinya, jika terjangkit, kita bisa sembuh. Walaupun belum ada vaksin ataupun obatnya, setidaknya dengan perawatan sebagaimana mestinya bisa menyembuhkan penyakit ini. Dan paling penting, mohon perlindungan dari Tuhan.

 

Masyarakat Indonesia kebanyakan lebih fokus kepada jumlah pasien meninggal dibandingkan dengan pasien yang sembuh. Gue akui, Indonesia juga mempunyai pasien meninggal yang banyak. Tapi kenapa kita tidak ber-fokus kepada suatu yang positif (sembuh) dibandingkan dengan hal negative?.

 

Pasien meninggal lebih cepat terhitung dibandingkan pasien sembuh karena penyembuhan Corona ini memakan waktu yang lebih lama  bisa 10 hari, 15 hari, 20 hari bahkan lebih. Sedangkan untuk pasien meninggal, jika daya tahan kamu tidak bisa defense sama virus ini lagi, ya.. bisa meninggal dan itu bisa 10 hari setelah diagnosa, 5 hari atau bahkan lebih cepat dari itu.


Langkah lain yang harus kita lakukan adalah HENTIKAN MEMBACA ATAU MENONTON INFORMASI-INFORMASI  ATAU BERITA YANG SUMBERNYA TIDAK JELAS. Karena berita-berita yang tidak ada sumber pastinya tersebut lebih toxic daripada virus itu sendiri, dan lebih menyebabkan ketakutan dimasyarakat.

 

Gue, tidak terlalu memperhatikan perkembangan berita mengenai covid-19, karena gue gak mau ikutan panik yang tidak beralasan jika membaca atau mendengar informasi yang terkadang hanya untuk “menaikkan” rating suatu platform.

 

Gue Cuma focus dengan pasien sembuh, pasien positif, meninggal dan sudah sampai taraf mana penyebaran virus ini. Gue melakukan physical distancing, social distancing, #dirumahaja, kalaupun gue diharuskan untuk keluar rumah dan bertemu orang, gue pakai masker, sesampai dirumah, mandi. Dan sebisanya gue selalu cuci tangan selayaknya. Makan yang teratur, istirahat yang cukup. Terakhir, gue berserah diri kepada Tuhan. Selama kita telah melakukan usaha semaksimal mungkin, terakhir adalah berserah diri. Allah knows best for us.

 

Gue sangat sadar virus ini sangat berbahaya. Tapi gue Cuma bersikap tenang dan tidak panik dari Corona attack ini. Karena dengan kita bersikap panik dan takut justru bisa menyebabkan imunitas menurun dan mudah untuk tertularkan. Just be aware and little bit ‘Chill, problem solve.

 

Corona virus disease bukan aib, jangan perlakukan seseorang yang terjangkit virus ini seakan-akan telah melakukan suatu perbuatan dosa. Gue yakin, gak ada 1 orang pun yang ingin terjangkit virus ini. Walaupun orang-orang tersebut tidak melakukan anjuran-anjuran pemerintah.

 

“Apa cita-cita lo?”

“Kena corona”

 

Gue yakin percakapan itu gak pernah ada di kehidupan yang serius.

 

Yok. Support mereka yang terjangkit virus. Jangan anggap remeh virus, jangan anggap remeh orang terjangkit, ini bukan dosa, itu bukan aib. #CovidBukanAib


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Comment

 
Gaeguri Story Blogger Template by Ipietoon Blogger Template