Annyeong chingudeul~
Virus Corona sudah menyebar dimana-mana. 213
negara di dunia terjangkit virus ini. Di Indonesia sendiri sudah lebih dari
7000 orang terjangkit virus corona. Dan kemaren, 24 April 2020, Wali Kota
Payakumbuh, mengumumkan pasien positif Corona pertama di Payakumbuh. Payakumbuh, kota
kecil tempat gue beraktifitas. Ternyata Corona sudah mulai melebarkan
terjangannya ke daerah kecil gue.
Haruskah
kita panik?
Kebanyakan orang-orang hanya panik dengan virus
ini tanpa melakukan anjuran-anjuran yang telah disuarakan oleh pemerintah
ataupun gugus tugas penanganan Covid-19 ini. Contohnya, melakukan cuci tangan
yang tidak sesuai prosedur cuci tangan seharusnya, alasannya, cuci tangan
minimal 20 detik, terlalu lama atau masih banyaknya orang- orang keluar rumah
tanpa ada urusan yang penting.
Yang dilakukan orang-orang sewaktu
mengetahui telah ada pasien positif Corona di Payakumbuh adalah sibuk menyebarkan
informasi ini tanpa tau informasi yang benar atau sekedar hoax. Mereka juga
menyebarkan foto dan identitas lengkap orang yang terjangkit tersebut. Mungkin maksud
mereka adalah untuk “waspada” jikalau pernah berinteraksi dengan orang
tersebut.
Dengan penyebaran informasi seperti itu, pernah
gak “para penyebar” informasi mempertimbangkan perasaan mereka yang terjangkit.
Seakan-akan mereka adalah DPO yang harus dijauhi dan di takuti.
Reaksi-reaksi yang dilakukan masyarakat terkesan
seakan-akan positif Corona adalah suatu aib yang harus di hujat dan harus
disembunyikan serta ditakuti. Padahal, dengan reaksi masyarakat yang seperti itu, bisa menyebabkan
ketakutan yang lebih dimasyarakat. Masyarakat takut untuk demam, batuk, bersin
dan memeriksakan kesehatannya ke rumah sakit. Mereka malu dengan reaksi reaksi itu, yang seakan-akan, terinfeksi Corona merupakan suatu penyakit yang hina, justru hal itu bisa memperparah
penyebaran Corona itu sendiri.
Jika masyarakat yang demam atau menunjukkan gejala
Corona dan mereka menyembunyikan gejala
tersebut dan tidak memeriksakan kesehatannya, jika “ternyata” mereka positif
terjangkit Corona, dan mereka masih tetap berinteraksi dengan orang-orang
sekitar, bisa menyebabkan penularan kepada orang lain tersebut.
Menurut gue, jika ada orang yang menunjukkan
gejala Corona, segera ajak untuk memeriksakan kesehatan atau memberitahu
petugas medis yang menangani masalah ini. Jangan pandang sebelah mata atau
seakan-akan jijik melihat mereka yang bergejala seperti Corona. Berikan advice-advice dan harapan yang positif.
Tidak ada salahnya jika kita berpikiran positif, walaupun kita tidak pernah tau
bagaimana reaksi tubuh terhadap situasi ini.
Pola pikir yang berkembang dimasyarakat adalah “jika
terjangkit virus Corona, dan jika sudah diisolasi berarti itu adalah hari
terakhir kita akan bertemu dengan orang tersebut”. Padahal, pertanggal 24
April 2020, lebih dari 1000 orang telah sembuh dari serangan virus ini. Artinya,
jika terjangkit, kita bisa sembuh. Walaupun belum ada vaksin ataupun obatnya,
setidaknya dengan perawatan sebagaimana mestinya bisa menyembuhkan penyakit
ini. Dan paling penting, mohon perlindungan dari Tuhan.
Masyarakat Indonesia kebanyakan lebih fokus kepada
jumlah pasien meninggal dibandingkan dengan pasien yang sembuh. Gue akui, Indonesia
juga mempunyai pasien meninggal yang banyak. Tapi kenapa kita tidak ber-fokus
kepada suatu yang positif (sembuh) dibandingkan dengan hal negative?.
Pasien meninggal lebih cepat terhitung
dibandingkan pasien sembuh karena penyembuhan Corona ini memakan waktu yang
lebih lama bisa 10 hari, 15 hari, 20
hari bahkan lebih. Sedangkan untuk pasien meninggal, jika daya tahan kamu tidak
bisa defense sama virus ini lagi, ya.. bisa meninggal dan itu bisa 10 hari
setelah diagnosa, 5 hari atau bahkan lebih cepat dari itu.
Langkah lain yang harus kita lakukan adalah HENTIKAN
MEMBACA ATAU MENONTON INFORMASI-INFORMASI ATAU BERITA YANG SUMBERNYA TIDAK JELAS.
Karena berita-berita yang tidak ada sumber pastinya tersebut lebih toxic
daripada virus itu sendiri, dan lebih menyebabkan ketakutan dimasyarakat.
Gue, tidak terlalu memperhatikan perkembangan
berita mengenai covid-19, karena gue gak mau ikutan panik yang tidak beralasan
jika membaca atau mendengar informasi yang terkadang hanya untuk “menaikkan” rating suatu
platform.
Gue Cuma focus dengan pasien sembuh, pasien
positif, meninggal dan sudah sampai taraf mana penyebaran virus ini. Gue melakukan
physical distancing, social distancing, #dirumahaja, kalaupun gue diharuskan
untuk keluar rumah dan bertemu orang, gue pakai masker, sesampai dirumah, mandi. Dan
sebisanya gue selalu cuci tangan selayaknya. Makan yang teratur, istirahat yang
cukup. Terakhir, gue berserah diri kepada Tuhan. Selama kita telah melakukan
usaha semaksimal mungkin, terakhir adalah berserah diri. Allah knows best for
us.
Gue sangat sadar virus ini sangat berbahaya. Tapi gue
Cuma bersikap tenang dan tidak panik dari Corona attack ini. Karena dengan kita
bersikap panik dan takut justru bisa menyebabkan imunitas menurun dan mudah
untuk tertularkan. Just be aware and little bit ‘Chill, problem solve.
Corona virus disease bukan aib, jangan perlakukan
seseorang yang terjangkit virus ini seakan-akan telah melakukan suatu perbuatan
dosa. Gue yakin, gak ada 1 orang pun yang ingin terjangkit virus ini. Walaupun orang-orang
tersebut tidak melakukan anjuran-anjuran pemerintah.
“Apa
cita-cita lo?”
“Kena
corona”
Gue yakin percakapan itu gak pernah ada di
kehidupan yang serius.
Yok. Support mereka yang terjangkit virus. Jangan anggap
remeh virus, jangan anggap remeh orang terjangkit, ini bukan dosa, itu bukan aib. #CovidBukanAib
0 komentar:
Posting Komentar