Senin, 30 Maret 2020

Dampak Corona Bagi Anak Rumahan


Annyeong teman-teman rebahan yang lagi merdeka..

Sekarang ini, kaum rebahan dianggap sebagai penyelamat bangsa. Hal ini disebabkan karena mewabahnya sebuah virus yang baru ditemukan. Awal mulanya virus ini ditemukan tahun 2019 lalu di daerah Wuhan, Provinsi Hubei, China. 

Virus ini bisa menyerang manusia dan hewan. Pada manusia, virus ini menyerang saluran pernafasan, mulai dari flu biasa sampai ke penyakit lainnya seperti MERS dan SARS. Virus ini dinamakan virus Corona. 

Dikarenakan virus ini baru di temukan pada tahun 2019, maka virus ini dinamai Corona Virus Disease 19 atau yang lebih dikenal dengan Covid-19 (virus ini bukan dibawah naungan Dewa-19 yak, ).

Penyebaran virus ini tergolong sangat cepat yang bisa di tularkan dari manusia ke manusia lainnya. Misalnya jika ada seseorang yang positif Covid-19 mengalami batuk atau bersin disebuah kerumunan, bisa saja molekul batuk atau bersin tersebut mengandung virus yang kemudian terjadi perpindahan molekul tersebut ke orang lain, orang lain tersebut bisa tertular virus ini (correct me if i am wrong, gue bukan ahlinya, tapi pengen sharing pemahaman gue tentang virus ini).

Untuk memutus rantai penularan yang sangat cepat ini, pemerintah dan para dokter gak bosan-bosannya meneriakkan jargon mereka “#dirumahaja”. 

Orang-orang yang sehat dan belum tertular ini dihimbau untuk tidak membuat kerumuman, tidak membuat keramaian, menjaga jarak aman dan yang paling penting adalah #dirumahaja. Tapi rakyat indonesia, apakah semudah itu untuk tetap tinggal dirumahnya?

Tagar dirumahaja memang menjadi moment paling merdeka bagi mereka-mereka yang sudah biasa menghabiskan waktunya dirumah atau bagi mereka-mereka yang mager dan mereka-mereka kaum rebahan. 

Tapi bagi sebagian orang, sulit untuk bisa #dirumahaja, faktor pekerjaan mungkin, ada keharusan bagi mereka supaya tidak #dirumahaja, banyak contohnya. Dan sebagian lagi, mereka yang tidak bisa #dirumahaja adalah mereka-mereka yang tidak terlalu aware dan tidak memiliki pemahaman tentang  bahaya penularan Covid-19 ini.

Gejala awal yang ditimbulkan dari Covid-19 ini antaranya batuk, demam, dan susah bernafas dan sebagian dari mereka yang terjangkit virus, tidak menunjukkan gejala apa-apa. Ini sangat berbahaya karena mereka seakan-akan baik-baik saja tapi ternyata membawa virus yang bisa menularkannya kepada orang lain. 

Oleh sebab itu, pemerintah dan tenaga medis lantang menyuarakan #dirumahaja, karena kita gak pernah tau, kita membawa virus atau enggak, karena semua dari kita belum dilakukan pemeriksaan positif Covid-19 atau nagatif. Kalau kita mempunyai imunitas yang baik, bisa jadi jika terjangkit virus, kita tidak merasakan apa-apa, tapi tetap virus yang ada tersebut bisa ditularkan kepada orang lain.

Di Indonesia, DKI Jakarta menjadi daerah paling banyak positif Covid-19. Hampir semua provinsi di Indonesia mempunyai pasien positif Covid-19, tak terkecuali Sumatera Barat. Di Sumatera barat sendiri, per tanggal 30 Maret 2020, sudah 8 orang positif terjangkit Covid-19, 1 orang diantaranya meninggal.

Sebagai upaya pencegahan penularan covid-19 ini, perintah sudah meliburkan guru dan para siswanya, sebagian perkantoran menjalankan “Work From Home (WFH)”. Pemerintah bukan semata-mata meliburkan mereka, tapi bekerja dari rumah dan belajar dari rumah. Di daerah gue sendiri, siswa-siswa diberikan tugas-tugas dan adanya beberapa yang melakukan kelas online.

Di Payakumbuh sendiri, sudah melakukan pembatasan wilayah. Mereka yang akan masuk ke Payakumbuh, terlebih dahulu disemprot dengan desinfektan, sudah dilakukan penyemprotan desinfektan ditempat-tempat umum, kemudian juga melakukan pembubaran jika masih ada kerumunan.

Pasien Covid-19 sendiri dibagi menjadi beberapa bagian. Pertama, ODP (Orang dalam pemantauan), orang-orang ini adalah orang-orang yang berasal dari daerah “terjangkit”, belum menunjukan gejala, atau pernah berinteraksi dengan si positif Covd-19. 

Kedua, PDP (pasien dalam pengawasan), adalah orang yang bergejala demam, batuk dan pernah kontak dengan pasien Covid atau datang dari daerah “terjangkit” Covid-19, tapi paru-paru masih aman dan mereka masih menunggu hasil pengecekan Covid-19.

Sejak Covid-19 masuk ke wilayah Sumatera Barat, sebagian wilayah sudah mulai sepi, Payakumbuh misalnya. Ini adalah jalanan di kota Payakumbuh sekitar pukul 3 sorean, biasanya setiap hari minggu jalanan ini sangat ramai, dipenuhi orang-orang yang bepergian, sejak adanya Covid-19, jalanan serasa milik emak lo, kalau mau sen kiri belok kanan masih aman. Hahaha



 tempat-tempat perbelanjaan juga sepi.


beberapa orang terlihat membeli bahan-bahan makanan. semacam panic buying, enggak juga. mereka cuma membeli beberapa snack dan bahan masakan, sebagai amunisi bagi kaum rebahan pada umumnya. haha






Semingguan lebih gue udah gak pernah beraktifitas diluar rumah kecuali untuk keperluan yang mengharuskan gue keluar, misalnya beli bahan makanan. 

Gue sudah work from home. Pada dasarnya pekerjaan gue adalah pekerjaan lapangan yang mengharuskan untuk bersosialisasi dengan masyarakat, kemudian menyelesaikan administrasi-administrasi dari rumah, karena sistem kami sudah support pekerjaan #dirumahaja.

Tapi sejak adanya Covid-19 itu, sosialisasi ditunda karena tiap kali gue sosialisasi, gue melibatkan banyak orang dan menciptakan kerumuman dan keramaian, jelas hal yang dilarang untuk dilakukan. Gue gak punya kantor resmi yang mengharuskan gue datang 8 jam perhari, selama ini gue nyari kerjaan aja untuk self development (bahasa gue, walaupun ditempat yang rame gue bakalan sibuk sama diri sendiri.

Sejak Covid-19, gue seakan-akan malu untuk keluar rumah dan nyari kesibukan di luar rumah. Jadi, gue, seakan-akan balik kayak pengangguran dulu (sad).

Gue harus keluar rumah untuk membeli keperluan bahan makanan, pake masker,  karena sedikit batuk karena minum air es yang lumayan sering karena payakumbuh lagi Hareudang sekali.  Pake masker itu buat yang sakit dan untuk yang beresiko.  Oke.  Btw,  difoto ini gue senyum atau enggak?  


Selama #dirumahaja, gue menghabiskan waktu untuk nonton youtube, nonton drama korea, crafting, masak dan lebih meluangkan waktu untuk nulis blog, ide-ide kreatif sedikit meningkat sejak gue gak kemana-mana. Banyak hal positif yang bisa dilakuin #dirumahaja, #dirumahaja bukan berarti kita gak ngapa-ngapain.

Gue yakin gue punya cukup imun yang bagus untuk ngelawanan virus jikalau gue terjangkit virus ini. Gue yakin imun gue lebih kuat buat defense sama virus karena gue masih muda, dan gue sehat. Tapi gue tetap memilih untuk #dirumahaja untuk melindungi orang-orang yang mungkin imunnya gak sebagus gue.

Suntuk dan bosan pasti, hold on a little more, supaya virus ini segera putus penularannya, gak ada yang menularkan dan tertular lagi, supaya bisa beraktifitas seperti biasanya. 

Gak kemana-mana itu sumpah sangat bosan. Bagi gue anak rumahan aja, bosannya sangat memuncak apalagi bagi orang-orang yang mobilitasnya sangat tinggi. Jujur gue kangen ngopi, ngobrol receh, ngobrolin hal gak penting sampai penting banget, kangen ngegosip, kangen gerahnya ruangan yang sangat sempit dengan beragam sifat orang didalamnya. 

Sejak gue punya temen “nongkrong”, gue lebih banyak menghabiskan waktu bersama mereka diluar rumah, sejak Covid-19 menyerang, gue kesepian, gak pernah ketemu mereka lagi, gue pernah lebih lama dari ini gak berinteraksi bersama mereka, tapi kali ini, ada keharusan yang membuat lo gak bisa ketemu sama orang-orang yang biasanya lo interacted with, berasa lagi dipenjara gak sih?

Ternyata gue bisa kangen juga sama suasana bersama mereka di pekerjaan ini, honestly, i am not “into” this job, i wanna quit actually but i need “this”. setidaknya, dipekerjaan ini gue “menggembangkan diri”. 

Mungkin, alasan gue bertahan dan menganggap ini membahagiakan adalah mereka. Walaupun gue gak setiap saat bersama mereka full time, at least, bukan dalam suasana “terpenjara” seperti sekarang.

Other than that, bantu pemerintah yok dengan #dirumahaja, kalau gak penting-penting amat jangan keluar rumah. Walaupun #dirumahaja, setidaknya gue tetap bisa mengedukasi orang-orang sekitar, tetangga dan keluarga.

Kalau punya gejala, isolasi dirumah dulu, kalau keadaan sedikit lebih parah, hubungi tim medis, jangan keluar rumah intinya, tim medis bakalan nyamperin kalian. Untuk mengedukasi orang banyak, gue rasa gue bukan orang yang berkompeten untuk melakukan itu (perhaps)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Comment

 
Gaeguri Story Blogger Template by Ipietoon Blogger Template