Annyeong chingudeul~
Why everything isn’t always going
to go the way I want it to go. Pernah ngalamin gak chingudeul? Bagi gue hampir semua apapun yang gue pengen gak pernah ada yang terwujud. Mungkin
itu yang dinamakan “masalah” karena masalah terjadi ketika apa yang kita
inginkan tidak sesuai dengan realita yang terjadi.
Pertama, waktu SMP, gue pengen masuk ke salah satu SMP favorit di
daerah gue, udah daftar, waktu pengumuman kelulusan, gue gak lolos
karena waktu itu gue masuk sekolah di beda kota gitu dan honestly gue gak ngerti
juga sih system penerimaannya gimana dan akhirnya gue masuk ke sekolah yang
jaraknya kira-kira 1 km dari rumah (deket beet sih, padahal gue pengen sekolah yang rada jauh dari rumah).
Jaman SMP itu gue gak punya
temen sama sekali, palingan Cuma ngobrol gitu-gitu doang nothing special,
mungkin karena gue adalah orang yang introvert kali yaa dan disana I was
one of bullying victim, (next story). Di SMP ini, perasaan, gue gak pernah
punya kenangan manis deh (kecuali first love yang hanya sepihak doang haha^_^), kalo boleh memilih, gue lebih memilih untuk langsung loncat ke SMA tanpa harus masuk ke jenjang SMP (saking dendamnya sihh).
Kedua, masuk SMA, gue sebenernya gak pengen masuk ke SMA itu dan gak tau kenapa malah terjebak di
sana.
Walaupun di SMA gue bukan korban bullying lagi, tapi awal gue masuk sekolah semasa MOS gue gak punya temen sama sekali. Waktu itu, gue di anterin sama orang tua dan di temenin, hahaha
(waktu TK aja gak pernah di temenin, SMA malah ditemenin, wth), gue gak
punya temen karena emang gak ada temen-temen SMP gue yang lolos di SMA itu (memang sih gue milih sekolah ini karena gue emang sengaja sekolah di tempat yang 180 derajat berbeda dari SMP).
Ketiga, masuk kuliah. gue bener-bener gak pengen sekolah di daerah Sumbar waktu itu, makanya waktu milih
universitas untuk ikut seleksi mahasiswa undangan (kalo sekarang namanya SNMPTN
(tes yang tanpa tes itu lo, yang Cuma daftarin pake nilai raport))gue milih
Universitas Sumatera Utara, Medan, dan gue gak lolos. Kemudian daftar untuk
ikut seleksi SNMPTN (yang kalo sekarang namanya SBMPTN), gue “terpaksa”
ngambil universitas yang ada di Sumbar biar peluang diterimanya lebih besar.
Gue ngambil 2 jurusan waktu itu, pertama adalah jurusan yang gue pengen
yaitu teknik industri, dan yang kedua adalah jurusan yang gue gak pengen,
passing gradenya lumayan rendah dan kalo jurusan pertama gak ke terima
seenggaknya jurusan ini harus bisa lulus yang walaupun gue gak pengen
masuk, jurusan itu adalah teknologi hasil pertanian. Dan gue malah lulus di
jurusan kedua ini.
Keempat, kerja. Waktu nyari
lowongan kerja gue tetap gak mau nyari kerjaan yang ada di Sumbar apalagi
kerjaan yang ada di daerah gue sendiri, Payakumbuh. Gak tau kenapa gue gak pengen
aja di rumah.
Setelah udah pernah nyoba 2 kali tes CPNS, tes KPK, tes BPJS
ketenagakerjaan yang semua penempatannya diluar Sumbar, gue gagal di semua
tes itu dan malah keterima di “anggap aja lembaga pemerintahan” yang lokasi
kerjanya bener-bener ada di kampung halaman sendiri, berbaur dengan masyarakat (yang
sebenernya gue anti sosial, gak mau terlibat sama urusan yang ada di
kampung, gak mau terlibat sama masyarakat dan lain-lain. kerjaan ini malah
tugasnya adalah “membina” masyarakat itu yang artinya harus bener-bener
berinteraksi sama masyarakat).
Why everything isn’t always going
to go the way I want it to go? Jawabannya adalah “Gue tidak bersyukur sama
apa yang udah menjadi milik gue dan kejadian yang pernah gue alamin”.
Manusia
bisa berencana tapi Tuhan yang akan menentukan hasilnya. Mungkin apa yang udah gue rencanain, apa yang udah ditargetkan untuk terwujudkan itu, bukan jalan yang
tepat di mata Tuhan, Tuhan punya rencana yang lebih besar dan lebih baik
daripada rencana gue.
Contohnya adalah,
gue Cuma bisa masuk ke SMP yang “gak gue pengen” dan disana gue jadi korban bullying, who knows di sekolah yang gue pengen masuk malah
menjadi korban bullying yang lebih parah dan bisa aja sampai mau bunuh diri, ya
kan ? kemudian masalah kerjaan, bisa jadi dengan punya kerjaan itu, gue bisa lebih membaur dengan masyarakat, bisa menghilangkan sifat introvert di
dalam diri gue (I very hope so) biar lebih gampang untuk beradaptasi dan berbaur sama orang lain, orang-orang jadi kenal gue (karena
memang di kampung sendiri aja orang-orang pada gak kenal gue karena gue gak pernah sih ya yang namanya keluar rumah buat nyapa-nyapa dan
ngobrol-ngobrol receh sama orang lain)
Jadi intinya, kenapa kita merasa
“segala sesuatu itu tidak berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan” adalah
karena kita kurang bersyukur. Cobalah untuk lebih bersyukur sama apa yang udah diberikan
Tuhan kepada kita, kurang-kurangin ngeluh dan just enjoy our life.
Gue “terkadang” masih belum
bisa bersyukur sama keadaan, but I always try to be a better human, walaupun
kadang SULIT untuk bisa menjadi lebih baik, yang penting kita udah berusaha,
setuju?