Annyeong chingudeul~~
Apa sih the
biggest dream lo di dalam hidup?
Gue? Kayaknya gue adalah salah satu orang yang gak
punya mimpi dalam hidup, kayak gak punya tujuan hidup, hidup gue lempeng aja,
gitu-gitu aja, gak ada spesial-spesialnya sama sekali. Tapi, gue tau apa yang
gue mau, walaupun gak punya tujuan sama sekali, setidaknya step-step yang bakalan gue laluin gue paham. Bingung gak sih kalau
lo jadi gue? Hahaha. I called myself unique.
Dulu, gue adalah salah satu anak yang pengen
jauh-jauh dari rumah, gue tipikal anak yang bakalan survive hidup jauh dari rumah rather
than deket dari rumah. Gue cenderung nyimpen apa yang ada di diri gue ke
orang-orang terdekat gue dan gue jadi pribadi yang berbeda ketika bersama orang
lain. Mungkinkah itu yang dinamakan dengan kepribadian ganda? Lemme think~~
Gue selalu menampilkan sisi terburuk yang ada di
dalam diri gue ketimbang harus menceritakan hal baik ke orang-orang terdekat
gue. Karena bagi gue, orang-orang terdekat PASTI
tau good side gue, dan mereka HARUS tau dark side gue, gue gak pengen orang-orang terdekat gue punya
ekspektasi yang terlalu tinggi tentang gue, gue gak mau mereka kecewa.
Untuk orang-orang yang gak deket sama gue atau gak
terlalu akrab di hidup gue, it is not my
responsibilities buat menjelaskan gimana hidup gue ke mereka selain itu, it is not your business though~~ hahaha
Sebagai seorang yang pengen jauh dari rumah, sudah
pasti gue gak pengen sekolah dekat dari rumah, pengen jauh sejauh jauhnya. Tapi,
kenyataan kadang berbanding terbalik dengan angan.
Masa SMP gue di habiskan di sekolah terdekat dari
rumah, rada bikin frustasi sih karena masa SMP gue gak seindah masa SMP-nya
Wulan dan Joko di sinetron “Dari Jendela SMP”. Relationship pertemanan gue hancur, relationship percintaan gue juga gak ada beginning dan endingnya.
Hal ini membawa gue menginginkan sekolah tingkat
SMA yang lebih jauh dari yang gue pengen sebelumnya. Pernah gue pengen sekolah
ke Medan, ngikut kakak gue yang lagi kuliah disana, tapi apalah daya gue yang
berasal dari keluarga sederhana yang gak bisa milih sekolah dimana aja karena
keluarga gue harus juga mikirin biaya sekolah dan semacamnya.
Akhirnya gue sekolah “lumayan” jauh dari rumah meskipun gak mengharuskan gue untuk ngekos atau semacamnya. Jaman SMA gue cukup
indah dan disini gue paham apa makna dari “high
school never end”. Punya teman-teman konyol yang serius, punya teman-teman
bego’ yang pintar, saling mengisi dan mengosongkan *Apa_Sih?*.
Cerita ini gue mulai dari sini.
Gue pernah punya cita-cita buat kuliah di luar
negeri di jaman SMA, karena biar sekalian jauh dari rumah. Gue pengen punya
kehidupan yang baru, dimana gak satu orang pun kenal gue. Dan gue merasa
dijaman itu gue punya kemampuan berbahasa inggris yang lumayan baik
dibandingkan teman-teman di kelas gue. Dan gue merasa itu modal yang cukup bagi
gue untuk bisa ke luar negeri. I know i
was too naive --__--
Melbourne University, adalah kampus pilihan gue. Gue
pengen ke Australia karena menurut survei singkat gue, negara itu adalah negara
yang gak terlalu jauh dari Indonesia, orang Indonesia lumayan lumrah dengan
negara itu, aksen inggrisnya gak terlalu cepet kayak aksen amerika, dan gue
rasa biaya hidup disana tidak terlalu mahal untuk ukuran biaya hidup luar
negeri, MENURUT GUE. Main reason gue adalah karena Cuma Melbourne
University yang gue tau kampus yang ada di luar negeri, khususnya Australia. Haha
Berawal dari “kekurang kerjaan” gue di hari-hari
membosankan , gue mencoba untuk membolak-balikkan sebuah majalah usang yang ada
di rumah gue. Gue menemukan ajakan untuk tour
ke Melbourne University. Dan dari sanalah gue mengenal Melbourne University. Gue
nyimpen klipping Universitas ini sampai sekarang, haha. Gue jadi sering denger
informasi mengenai Australia, lebih cari tau Australia dan tekad gue sangat
bulat untuk kuliah di Australia.
Dimasa gue SMA, internet belum se-happening sekarang dan belum menjadi kebutuhan
orang-orang untuk mendapatkan sebuah informasi. Itu adalah salah satu struggle gue untuk mewujudkan apa yang
gue mau. Pengetahuan gue kurang, support
system gue juga kurang, gak ada tempat bagi gue untuk mendapatkan informasi “how to study abroad" at that time, support orang tua dan orang terdekat juga
kurang, karena gue juga gak pernah menceritakan hal ini ke mereka.
Time flies, dan makin tahun makin dekat ke tahun
kelulusan, gue makin lupa kalau gue pengen kuliah ke luar negeri. Yang gue tahu
untuk bisa kuliah Cuma 3 cara, pertama, mahasiswa undangan yang sekarang namanya
SNMPTN, kedua, ujian tulis, dijaman gue namanya SNMPTN dan sekarang SBMPTN dan
terakhir masuk ke perguruan tinggi swasta. Untuk bisa masuk ke perguruan tinggi
swasta, keluarga gue gak mampu untuk membayar SPP nya karena yang gue tau,
jaman itu sekolah di swasta, MAHAL.
Gue mati-matian belajar untuk ujian ke universitas
tanpa ikutan bimbingan belajar lembaga bimbel. Sampai akhirnya gue bisa kuliah
di salah satu Universitas di Sumatera Barat dengan jalur ujian tulis itu. I was proud of myself at that time.
Bagi gue, nama hype
dari sebuah universitas udah gak penting lagi, selama gue bisa berkembang dan
belajar many things udah cukup. Di kampus
itu kita gak selalu belajar tentang ilmu pasti, the most important thing adalah belajar hal-hal abstrak yang ada di
dalam hidup, belajar buat paham at everything. (dan paragraf ini baru
gue sadari ketika gue telah menyelesaikan tanggung jawab kuliah gue dan telah
tamat setelah beberapa tahun berikutnya, kadang gue merasa, gue telat dewasa,
hahahaha.. but it’s okay to be late than
not at all)
Satu hal lagi yang gue pelajari dari keinginan
sekolah keluar negeri gue adalah if there
is a dream without effort, it’s just called a WISH. Jika punya
keinginan, yang perlu kita lakukan adalah berusaha semaksimalnya. Do our best. Di jaman canggih teknologi
sekarang, sangat banyak informasi yang bisa di gali, apapun yang pengen
chingudeul cari pasti punya informasi yang beragam. Jika kurang mampu, sangat
banyak beasiswa yang tersedia. Punya keinginan kuliah ke luar negeri, gak ada
salahnya. And the question is “do you
wanna give some effort or not”.
hai kak, terima kasih untuk bacaan ini, membuat saya mengingat kembali apa yang ingin saya lakukan sekarang. apa keinginan saya meski saya tau orang-orang terdekat bahkan orang tua akan sedikit menentang apa yang saya inginkan. tapi apa salahnya saya mencoba... terima kasih sekali lagi. maaf ya malah ikut curhat disini
BalasHapus