Pages

Rabu, 14 Oktober 2020

Sarasah Murai, Lembah Harau Sisi Lain

 

Annyeong chingudeul~~~

 

Sudah 7 bulan kita berada di tengah pandemi, dan gue kayak useless sebagai manusia, 7 bulan berjalan tanpa makna  tapi tanpa adanya pandemi-pun kehidupan gue bakalan kayak gitu aja. What should i do with my life?. Perbedaan mendasar yang gue rasakan adalah ketidak bebasan gue untuk keluar masuk daerah orang lain, itu aja. Bagi beberapa orang, di tengah pandemi seperti sekarang ini sudah pasti mengalami kerugian yang sangat besar, tapi gue, bodo amat sama masalah orang lain, bukan urusan gue dan selama tidak berhubungan dengan kelayakan hidup gue, gue gak bakal peduli. **Se_tidak peduli itu kah gue dengan kehidupan orang lain?** ***gue rasa gue peduli, tapi pretending to be not care with others***

 

No matter what happened in our life lately, gue butuh piknik, sumpah. Tapi gue lumayan “aware” sama pandemi ini, gue gak mau keluar daerah karena gue gak mau “menjemput” Corona buat keluarga gue atau orang-orang disekeliling gue. Gue memilih untuk tidak egois, tapi endingnya mengorbankan kesehatan batin gue yang terpenjara kegiatan yang unfaedah.

 

Payakumbuh dan Limapuluh Kota adalah salah satu surganya wisata alam di Sumatera Barat, gue salah satu warga Limapuluh Kota. So, kenapa gue harus memikirkan tempat  liburan yang jauh didaerah lain sedangkan di daerah gue sendiri ada bermacam-macam tempat wisata. Tapi kesombongan gue selalu muncul karena gue merasa seluruh tempat wisata Payakumbuh dan Limapuluh Kota pernah gue jamah. Itu Cuma perasaan gue aja, gue tau. Kenyataannya ada banyak hidden tourist spot didaerah ini yang bahkan gue gak tau keberadaannya.

 

Salah satu tempat wisata hype di Limapuluh Kota adalah Lembah Harau. Setiap orang yang pernah berkunjung ke Payakumbuh atau Limapuluh Kota bisa dipastikan mengunjungi tempat wisata ini. Bagi gue pun, lembah harau merupakan tempat wisata yang sangat lumrah, bagi gue udah gak menarik karena gue mengunjungi tempat ini berkali-kali.

 

But wait, lembah harau juga punya hidden tourist spot yang gue yakin baru dikunjungi oleh orang setempat atau beberapa orang yang di-guide-in warga setempat. Namanya Sarasah Murai. Sempat happening dikalangan warga Limapuluh kota dan Payakumbuh beberapa tahun yang lalu, tapi bagi gue, Sarasah Murai ini adalah salah satu tempat baru yang “harus” gue kunjungi.

 

Sarasah murai adalah salah satu air terjun yang terdapat di lembah harau. Dulu katanya, di air terjun ini burung-burung murai sering bertengger dan bercengkrama disana, makanya warga setempat menamai air terjun ini dengan sarasah murai. Menurut google sih gitu.

 

Sarasah murai berlokasi di pedalaman lembah harau, lokasi persisnya silahkan google maps yaak.. hahaha.. i’m sorry ‘cause i’m a bad tour guide, karena gue buta alamat dan susah menjelaskan detail sebuah alamat. Sedikit gambaran lokasinya, setelah memasuki gerbang menuju lembah harau, kemudian lewati jalan lurus tersebut, mentok dipersimpangan, pilih arah kiri, dan lurus sampai chingudeul menjumpai tanjakan terjal. And be calm, gak sampe tanjakan itu kok, sebelum tanjakan, chingudeul bakalan ketemu jalan kecil arah kanan. If you are not sure, ask me to bring you there. If i’m available, i will bring you there, dengan syarat kalo gue gak lupa sama alamatnya~~~~~~

 

Untuk kondisi jalannya sendiri, sama kayak hidup gue, kadang mulus kadang bergelombang, kadang bisa bergerak kencang, kadang harus melambat, tapi kita gak boleh nyerah karena kalau menyerah kita gak bakalan sampai ke tujuan. *hahaha, apaan sih gue??**. Tapi ini serius, kita harus melewati jalan aspal, jalan berkerikil, dan jalan tanah. Sesampainya di tempat parkir, kita gak otomatis sampai ke tujuan, kita harus melewati jalan tanah lagi dengan berjalan kaki karena tidak bisa menggunakan kendaraan bermotor. Berjalan sekitar 8-10 menit, mungkin. Tergantung kecepatan chingudeul, gak terlalu jauh dan gak terlalu deket juga, gue lupa ngukur waktu tempuh untuk berjalan kaki.

 

Setelah berjalan kaki dari tempat parkir, Vooallaaaa... Sarasah Murai ada di depan mata lo, dan itu indaaahhh...layaknya air terjun lainnya, tapi gue rasa, ini adalah pertama kalinya gue liat air terjun seperti ini. Untuk lokasinya sendiri, menurut gue gak terlalu luas, tapi beruntungnya, pengunjung gak disana tidak terlalu ramai.

 


Sesampainya disana silahkan lakukan hal yang pantas untuk dilakukan sesuai dengan kaidah yang berlaku pastinya. Jangan lupa berfoto sebelum seluruh tubuh basah 'cause it having a good background.

 

Sesampainya gue disana, debit air lumayan teratur, tidak deras, i think it was perfect. Gak perlu takut untuk gak bisa berenang karena disana we don’t need swimming’ skill. Yang harus diperhatikan adalah tingkat kehati-hatian kita sewaktu melangkahkan kaki karena di sekitar kolam full of stones yang menurut gue gak begitu licin. Hal ini menandakan bahwa batu-batuan disana sering dijamah sehingga lumut-lumut yang bisa menyebabkan batu licin tidak bisa tumbuh. Jangan lupa bawa sendal karet atau sendal gunung untuk proteksi kaki kita dari bebatuan, karena bagi gue lumayan menyakitkan untuk injak batu-batuan dengan kaki telanjang.

 

gue, menyatu dengan alam, berkamuflase


Enjoy the view~~

 

Yang perlu diperhatikan adalah tidak ada orang yang berjualan makanan di area air terjun. Dan itu adalah tanggung jawab kita untuk menemukan makanan masing-masing setelah kedinginan bermain di bawah air terjun. Beruntungnya, kami membawa bekal makanan yang cukup untuk makan, sehingga kami terselamatkan. Kekurangan tempat ini adalah ketersediaan tempat untuk makan yang sangat minim. Kami makan di tempat yang seadanya, hampir bergabung dengan beberapa sampah-sampah.

 

Kesalahan pengunjung yang belum bisa gue pahami sampai sekarang adalah tingkat awareness masyarakat terhadap kepedulian mereka akan sampah. Gak susah kok bawa sampah kita keluar dari area wisata, bagi gue. Kenapa ya masyarakat kita gak bisa aware sama sampah? Segitu susahnya kah buat keep sampah masing-masing? Be smart gais~~

 

 

 

Selasa, 06 Oktober 2020

Setidaknya, Pernah Punya Mimpi ke Luar Negeri

 

Annyeong chingudeul~~

 

Apa sih the biggest dream lo di dalam hidup?

 

Gue? Kayaknya gue adalah salah satu orang yang gak punya mimpi dalam hidup, kayak gak punya tujuan hidup, hidup gue lempeng aja, gitu-gitu aja, gak ada spesial-spesialnya sama sekali. Tapi, gue tau apa yang gue mau, walaupun gak punya tujuan sama sekali, setidaknya step-step yang bakalan gue laluin gue paham. Bingung gak sih kalau lo jadi gue? Hahaha. I called myself unique.

 

Dulu, gue adalah salah satu anak yang pengen jauh-jauh dari rumah, gue tipikal anak yang bakalan survive hidup jauh dari rumah rather than deket dari rumah. Gue cenderung nyimpen apa yang ada di diri gue ke orang-orang terdekat gue dan gue jadi pribadi yang berbeda ketika bersama orang lain. Mungkinkah itu yang dinamakan dengan kepribadian ganda? Lemme think~~

 

Gue selalu menampilkan sisi terburuk yang ada di dalam diri gue ketimbang harus menceritakan hal baik ke orang-orang terdekat gue. Karena bagi gue, orang-orang terdekat PASTI tau good side gue, dan mereka HARUS tau dark side gue, gue gak pengen orang-orang terdekat gue punya ekspektasi yang terlalu tinggi tentang gue, gue gak mau mereka kecewa.

 

Untuk orang-orang yang gak deket sama gue atau gak terlalu akrab di hidup gue, it is not my responsibilities buat menjelaskan gimana hidup gue ke mereka selain itu, it is not your business though~~ hahaha

 

Sebagai seorang yang pengen jauh dari rumah, sudah pasti gue gak pengen sekolah dekat dari rumah, pengen jauh sejauh jauhnya. Tapi, kenyataan kadang berbanding terbalik dengan angan.

 

Masa SMP gue di habiskan di sekolah terdekat dari rumah, rada bikin frustasi sih karena masa SMP gue gak seindah masa SMP-nya Wulan dan Joko di sinetron “Dari Jendela SMP”. Relationship pertemanan gue hancur, relationship percintaan gue juga gak ada beginning dan endingnya.

 

Hal ini membawa gue menginginkan sekolah tingkat SMA yang lebih jauh dari yang gue pengen sebelumnya. Pernah gue pengen sekolah ke Medan, ngikut kakak gue yang lagi kuliah disana, tapi apalah daya gue yang berasal dari keluarga sederhana yang gak bisa milih sekolah dimana aja karena keluarga gue harus juga mikirin biaya sekolah dan semacamnya.

 

Akhirnya gue sekolah “lumayan” jauh dari rumah meskipun gak mengharuskan gue untuk ngekos atau semacamnya. Jaman SMA gue cukup indah dan disini gue paham apa makna dari “high school never end”. Punya teman-teman konyol yang serius, punya teman-teman bego’ yang pintar, saling mengisi dan mengosongkan *Apa_Sih?*.

 

Cerita ini gue mulai dari sini.

 

Gue pernah punya cita-cita buat kuliah di luar negeri di jaman SMA, karena biar sekalian jauh dari rumah. Gue pengen punya kehidupan yang baru, dimana gak satu orang pun kenal gue. Dan gue merasa dijaman itu gue punya kemampuan berbahasa inggris yang lumayan baik dibandingkan teman-teman di kelas gue. Dan gue merasa itu modal yang cukup bagi gue untuk bisa ke luar negeri. I know i was too naive --__--

 

Melbourne University, adalah kampus pilihan gue. Gue pengen ke Australia karena menurut survei singkat gue, negara itu adalah negara yang gak terlalu jauh dari Indonesia, orang Indonesia lumayan lumrah dengan negara itu, aksen inggrisnya gak terlalu cepet kayak aksen amerika, dan gue rasa biaya hidup disana tidak terlalu mahal untuk ukuran biaya hidup luar negeri, MENURUT GUE. Main reason gue adalah karena Cuma Melbourne University yang gue tau kampus yang ada di luar negeri, khususnya Australia. Haha

 

Berawal dari “kekurang kerjaan” gue di hari-hari membosankan , gue mencoba untuk membolak-balikkan sebuah majalah usang yang ada di rumah gue. Gue menemukan ajakan untuk tour ke Melbourne University. Dan dari sanalah gue mengenal Melbourne University. Gue nyimpen klipping Universitas ini sampai sekarang, haha. Gue jadi sering denger informasi mengenai Australia, lebih cari tau Australia dan tekad gue sangat bulat untuk kuliah di Australia.


satu-satunya klipping yang gue simpen bertahun-tahun, yang menunjukkan bahwa gue pernah punya mimpi kuliah ke luar negeri

 

Dimasa gue SMA, internet belum se-happening sekarang dan belum menjadi kebutuhan orang-orang untuk mendapatkan sebuah informasi. Itu adalah salah satu struggle gue untuk mewujudkan apa yang gue mau. Pengetahuan gue kurang, support system gue juga kurang, gak ada tempat bagi gue untuk mendapatkan informasi “how to study abroad" at that time,  support orang tua dan orang terdekat juga kurang, karena gue juga gak pernah menceritakan hal ini ke mereka.

 

Time flies, dan makin tahun makin dekat ke tahun kelulusan, gue makin lupa kalau gue pengen kuliah ke luar negeri. Yang gue tahu untuk bisa kuliah Cuma 3 cara, pertama, mahasiswa undangan yang sekarang namanya SNMPTN, kedua, ujian tulis, dijaman gue namanya SNMPTN dan sekarang SBMPTN dan terakhir masuk ke perguruan tinggi swasta. Untuk bisa masuk ke perguruan tinggi swasta, keluarga gue gak mampu untuk membayar SPP nya karena yang gue tau, jaman itu sekolah di swasta, MAHAL.

 

Gue mati-matian belajar untuk ujian ke universitas tanpa ikutan bimbingan belajar lembaga bimbel. Sampai akhirnya gue bisa kuliah di salah satu Universitas di Sumatera Barat dengan jalur ujian tulis itu. I was proud of myself at that time.

 

Bagi gue, nama hype dari sebuah universitas udah gak penting lagi, selama gue bisa berkembang dan belajar many things udah cukup. Di kampus itu kita gak selalu belajar tentang ilmu pasti, the most important thing adalah belajar hal-hal abstrak yang ada di dalam hidup, belajar  buat paham at everything. (dan paragraf ini baru gue sadari ketika gue telah menyelesaikan tanggung jawab kuliah gue dan telah tamat setelah beberapa tahun berikutnya, kadang gue merasa, gue telat dewasa, hahahaha.. but it’s okay to be late than not at all)

 

Satu hal lagi yang gue pelajari dari keinginan sekolah keluar negeri gue adalah if there is a dream without effort, it’s just called a WISH. Jika punya keinginan, yang perlu kita lakukan adalah berusaha semaksimalnya. Do our best. Di jaman canggih teknologi sekarang, sangat banyak informasi yang bisa di gali, apapun yang pengen chingudeul cari pasti punya informasi yang beragam. Jika kurang mampu, sangat banyak beasiswa yang tersedia. Punya keinginan kuliah ke luar negeri, gak ada salahnya. And the question is “do you wanna give some effort or not”.